Kamis, 05 Desember 2013

Metode Pengujian Kadar Abu

1. Tujuan       :        
Dapat diterapkan pada produk industri dan materi lain dengan kandungan karbohidrat rendah

2. Prinsip       :
Contoh dioksidasi pada suhu 550o C dalam tungku pengabuan selama 8 jam atau sampai mendapatkan abu berwarna putih. Penetapan berat abu dihitung secara gravimetri
              
3. Acuan        :         SNI – 01- 2354.1 – 2006

4. Peralatan   :
a.    Timbangan analitik dengan kepekaan 0,0001 g
b.    Tungku pengabuan (Furnace)
c.    Blender atau alat penghancur makanan
d.    Alat penjepit
e.    Desikator
f.     Sendok contoh
g.    Saringan No 20
h.    Wadah contoh, plastik atau gelas

5. Preparasi Contoh
a    Tepung ikan
      Lumatkan contoh dengan blender dan sejenisnya hingga partikel dapat melewati saringan 20 mesh. Masukkan contoh dalam wadah plastik atau gelas yang bersih dan bertutup.
b    Produk perikanan selain tepung ikan
      Lumatkan contoh hingga homogen dan masukkan dalam wadah plastik atau gelas yang bersih dan bertutup. Jika contoh tidak langsung diuji, simpan contoh dalam refrigerator atau freezer sampai saatnya untuk dianalisa. Kondisikan contoh pada suhu ruang dan pastikan contoh masih tetap homogen sebelum ditimbang. Jika terjadi pemisahan antara cairan dan contoh maka perlu diaduk ulang dengan blender.

6. Prosedur    :
a.    Masukkan cawan abu porselin kosong dalam tungku pengabuan. Suhu dinaikan secara bertahap sampai mencapai suhu 550o C . Pertahankan pada suhu 550o C ± 5o C selama 1 malam.
b.    Turunkan suhu pengabuan menjadi 40oC, keluarkan cawan abu porselin dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang berat cawan abu porselin  kosong       ( Ag)
c.    Ke dalam cawan abu porselin masukkan 2 g contoh yang telah dihomogenkan kemudian masukkan kedalam oven pada suhu 100oC selama 24 jam.
d.    Pindah cawan abu porselin ke tungku pengabuan dan naikkan temperatur secara bertahap sampai suhu mencapai 550o C ± 5o C. Pertahankan selama 8 jam / semalam sampai diperoleh abu berwarna putih.
e.    Setelah selesai, tungku pengabuan diturunkan suhunya menjadi sekitar 40oC, keluarkan cawan porselin dengan menggunakan penjepit dan masukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Bila abu belum putih benar harus dilakukan pengabuan kembali.
f.     Basahi abu ( lembabkan) abu dengan aquades secara perlahan, keringkan pada hot plate dan abukan kembali pada suhu 550oC sampai berat konstan.
g.    Turunkan suhu pengabuan menjadi ± 40oC lalu pindahkan cawan abu porselin dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang beratnya ( B g) segera setelah dingin.
h.    Lakukan pengujian minimal duplo (dua kali).

7. Perhitungan


  8. Pelaporan
a.    Jika hasil perhitungan diperoleh angka desimal kurang dari 5 (lima) maka pembulatan ke bawah, tetapi jika lebih dari 5 (lima) pembulatan ke atas
b.    Jika hasil perhitungan diperoleh angka desimal 5 (lima) yang akan dibulatkan dari angka genap yang ada didepannya, maka angka 5 (lima) tersebut menjadi hilang, tetapi bila jika angka didepannya ganjil maka pembulatan akan naik

9. Keamanan dan Keselamatan kerja ( K3 )
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan analisa
b.    Gunakaan jas laboratorium selama bekerja.
c.  Setelah melakukan pengabuan, untuk membuka tungku pengabuan biarkan suhu tungku mencapai ± 40oC.



Reference: SNI – 01- 2354.1 – 2006





Senin, 02 Desember 2013

Pengujian Kadar Air

1. Tujuan       :
Untuk pemeriksaan kadar air pada ikan, produk perikanan dan hasil sampingnya

2. Prinsip       :        
Molekul air dihilangkan melalui pemanasan dengan oven vakum pada suhu 95o – 100 o C dengan tekanan udara tidak lebih dari 100 mm Hg selama 5 jam atau oven tidak vakum pada suhu 105 oC selama 16 jam – 24 jam. Penentuan berat air dihitung secara gravimetri berdasarkan silisih berat contoh sebelum dan sesudah contoh dikeringkan.

3. Acuan          :      SNI – 01 – 2354.2 – 2006

4. Peralatan   :
a.    Blender atau alat penghancur makanan
b.    Cawan porselin volume 30 ml
c.    Alat penjepit
d.    Desikator
e.    Sendok contoh
f.     Timbangan analitik kepekaan 0,01 g
g.    Oven vakum atau tidak vakum
h.    Saringan No 20 ukuran mesh 0,331 inchi dimeter kawat 0,510 mm

5. Preparasi Contoh
a    Tepung ikan
      Lumatkan contoh dengan blender dan sejenisnya hingga partikel dapat melewati saringan 20 mesh. Masukkan contoh dalam wadah plastik atau gelas yang bersih dan bertutup.
b    Produk perikanan selain tepung ikan
      Lumatkan contoh hingga homogen dan masukkan dalam wadah plastik atau gelas yang bersih dan bertutup. Jika contoh tidak langsung diuji, simpan contoh dalam refrigerator atau freezer sampai saatnya untuk dianalisa. Kondisikan contoh pada suhu ruang dan pastikan contoh masih tetep homogen sebelum ditimbang. Jika terjadi pemisahan antara cairan dan contoh maka diaduk ulang dengan blender sebelum dilakukan analisa.

6. Prosedur     :
a.    Kondisikan Oven pada suhu yang akan digunakan hingga mencapai kondisi stabil.
b.    Masukkan cawan kosong ke dalam oven minimal 2 jam
c.    Pindahkan cawan kosong ke dalam desikator sekitar 30 menit sampai mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong (Ag)
d.    Timbang contoh yang telah dihaluskan sebanyak ± 2 g ke dalam cawan ( Bg)
e.    Masukkan cawan yang telah diisi dengan contoh ke dalam oven vakum pada suhu 95o – 100 oC, dengan tekanan udara tidak lebih dari 100 mmHg selama 5 jam atau masukkan ke dalam oven tidak vakum pada suhu 105oC selama 16jam – 24 jam.
f.     Pindahkan cawan dengan menggunakan alat penjepit ke dalam desikator selama ± 30 menit kemudian ditimbang ( Cg)
g.    Lakukan pengujian minimal duplo (dua kali)

7. Penghitungan 

8. Pelaporan
a.    Jika hasil perhitungan diperoleh angka desimal kurang dari 5 (lima) maka pembulatan ke bawah, tetapi jika lebih dari 5 (lima) pembulatan ke atas.
b.     Jika hasil perhitungan diperoleh angka desimal 5 (lima) yang akan dibulatkan dari angka genap yang ada didepannya, maka angka 5 (lima) tersebut menjadi hilang, tetapi bila jika angka didepannya ganjil maka pembulatan akan naik

9. Keamanan dan Keselamatan kerja ( K3 )
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan analisa
b.    Gunakaan jas laboratorium selama bekerja.




Sumber: SNI – 01 – 2354.2 – 2006




Selasa, 27 Agustus 2013

Pengujian Kadar Histamin Secara Spectrofluorometri

Metode pengujian kadar Histamin ini Dapat diterapkan pada jenis-jenis ikan yang tergolong dalam Scromboidea, yang terdapat dalam ikan-ikan Tuna, Bonito, Kingfish, dan Mackerel serta ikan Mahi-mahi (dolphin)

Prinsip : Histamin diekstrak dari jaringan daging contoh menggunakan methanol dan sekaligus mengkonversi histamine ke dalam bentuk OH.  Zat – zat histamine selanjutnya dimurnikan melalui resin penukar ion dan diubah ke bentuk derivatnya dengan senyawa OPT.  Besarnya fluorosensi histamine diukur secra flurometri pada panjang gelombang eksitasi 350 nm dan emisi 444 nm

Peralatan :
a.         Corong dan botol filtrate contoh;
b.         Homogenizer (blender);
c.          Kertas saring kasar, plastic, karet pengikat;
d.         Kolom resin 20 cm X 0,8 cm, reservoir 2 cm X 5 cm;
e.         Labu Takar 25 ml, 50 ml, 100 ml dan 1.000 ml;
f.           Pipet volumetric;
g.         Spektroflurometer;
h.         Stirer-plate;
i.           Tabung reaksi 50 ml bertutup;
j.           Timbangan analitis;
k.         Waterbath.
 
Alat Spectrolorometri, Perkin Elemer LS 45
Kolom untuk tahap elusi
Pereaksi :

a.    Metanol;
b.    Aquades;
c.     Glasswool;
d.    NaOH 1 N: Larutkan 4 g NaOH dalam 100 ml Aquades
e.    HCl 0,1 N: Encerkan 8 ml HCl 12,5 N (37 %) dalam 1.000 ml Aquades
f.   Orto-ptalatdikarboksildehid (OPT) 0,1 % : Larutkan 0,1 g OPT dalam 100 ml methanol, larutan ini disiapkan pada kondisi segar dalam setiap analisa
g.  Asam Phosphat (H3PO4) 3,57 N: Encerkan 121,8 ml H3PO4 (85%) menjadi 1.000 ml aquades, standarkan larutan ini dengan mengambil 5 ml dan titrasi dengan NaOH 1 N dengan indicator fenolftalin)
h.    Resin penukar ion jenis Dowex 1 – X8 50 – 100 mesh
i.      Pembuatan larutan standar histamine
·         Larutan stok 1 mg/ml (1.000 ppm)
  Timbang teliti 169,1 mg Histamin 2 HCl, larutkan dan tepatkan menggunakan HCl 0,1 N dalam labu takar 100 ml sampai batas volume.  Siapkan larutan ini dalam kondisi segar setiap minggu dan disimpan dalam refrigerator
·           Larutan stock 10 µl/ml (10 ppm)
   Pipet 1 ml larutkan stock (1.000 ppm) masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan  tambahkan larutan HCl 0,1 sampai batas volume.  Siapkan larutan ini dalam kondisi segar setiap minggu dan disimpan dalam refrigerator
j.      Larutan kerja
Buat larutan kerja 0,1 µg/ml (0,1 ppm); 0,2 µg/ml (0,2 ppm); 0,3 µg/ml (0,3 ppm).
Siapkan larutan kerja ini setiap hari (setiap akan digunakan).  Apabila larutan kerja tersebut menghasilkan fluorosensinya yang maksimal pada pembacaan dengan instrument, maka larutan kerja tersebut dapat diencerkan sesuai dengan keperluan

Prosedur Analisis:
1. Preparasi contoh
a.  Blender contoh hingga homogen
b. Timbang seksama lebih kurang 10 g contoh dalam beaker glass 250 ml dan tambahkan 50 ml methanol, blender hingga homogen
c. Panaskan diatas waterbath selama 15 menit pada suhu 60 oC dijaga sample dalam kondisi tertutup, dinginkan hingga suhu kamar
d. Tuangkan contoh ke dalam labi takar 100 ml dan tepatkan hingga volume labu dengan methanol
e. Saring menggunakan kertas saring dan filtratnya ditampung dalam botol contoh. Pada tahap ini filtrate contoh dapat disimpan dalam refrigerator
2. Persiapan Resin
a)   Timbang 3 gram resin untuk setiap kolom dalam beaker glass 250 ml
b)  Tambahkan 15 ml NaOH 2 N/g resin untuk mengubah resin menjadi bentuk OH
c)   Aduk menggunkan stirrer- plate selama 30 menit
d)  Tuang cairan pada bagian atas dan ulangi penambahan NaOH 2 N dengan jumlah yang sama
e)   Cuci/bilas resin dengan aquades sebanyak 3 kali
f)    Saring melalui kertas saring No. 588 atau yang setara dan cuci kembali aquades
g)   Siapkan resin setiap minggu dan simpan dalam aquades

3. Persiapan Kolom Resin
a)   Masukkan glasswool ke dalam kolom resin setinggi ± 1,5 cm
b)  Masukkan resin dalam medium air ke kolom resin setinggi ± 8 cm, pertahankan volume air yang berada di atas resin ± 1 cm, jangan dibiarkan kering.
c)   Letakkan labu takar 50 ml yang sudah berisi 5 ml HCl 1 N di bawah kolom resin guna menampung elusi contoh yang dilewatkan pada kolom resin.  Diperlihatkan dalam gambar di bawah ini
4. Pemurnian Contoh
a)   Pipet 1 ml Filtrat contoh, masukkan dalam kolom resin, kran kolom resin dalam posisi terbuka biarkan aliran menetes (hasil elusi) ditampung dalam labu takar 50 ml
b)  Tambahkan aquades pada saat tinggi cairan ± 1 cm di atas resin dan biarkan cairan terelusi. Lakukan seterusnya hingga hasil elusi dalam labu takar tepat 50 ml.  Hasil elusi (contoh) dapat disimpan dalam refrigerator.

5. Pembentukan Senyawa Turunan (derivatisasi)
Siapkan tabung reaksi 50 ml masing-masing untuk contoh, standard an blanko
a)       Pipet masing-masing 5 ml filtrate contoh, larutan standar kerja dan blanko (HCl 0.1 N)
b)       Tambahkan ke dalam tabung reaksi di atas berturut-turut;
·   10 ml HCl 0,1 N kocok
·  3 ml NaOH 1 N, kocok, dalam waktu 5 menit harus sudah ditambah 1 ml OPT 0,1%, kocok dan biarkan selama $ menit
·   3 ml H3PO4 3,57 N kocok
c)        Lakukan pengukuran fluorosence terhadap contoh, standar dan blanko sesegera mungkin dengan alat spectrofluorometer pada panjang gelombang exsitasi: 350 nm dan emisi: 444 nm dalam jangka waktu 90 menit.

Perhitungan
  1. Masukkan harga konsentrasi dan fluoresensi dari larutan standar kerja ke dalam program linier kalkulator.  Nilai: koefisien regresi ( R ), slope (b) dari intersep (a) digunakan untuk menghitung konsentrasi contoh.  Masukkan harga fluoresence contoh ke persamaan regresi standar:
  1. 2.  Setelah didapat harga x , kalikan dengan faktor pengenceran dan kembalikan ke berat contoh. Nyatakan kandungan histamin dalam  (µg/g) atau mg / kg contoh.
Pelaporan
a. Jika angka desimal kurang dari 5 (lima) maka pembulatan ke bawah, tetapi bila lebih dari 5 (lima) pembulatan ke atas.Contoh :
     14,454 dibulatkan menjadi 14,76
     14,466 dibulatkan menjadi 14,47

b. Jika angka ke tiga di belakang koma 5 (lima), dan angka kedua genap, maka angka lima tersebut menjadi hilang tapi bila angka kedua ganjil maka pembulatan ke atas. Contoh :
     14,765 dibulatkan menjadi 14,76
     14,475 dibulatkan menjadi 14,48

Keamanan dan Keselamatan Kerja
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.              Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan analisa.
b.             Gunakan jas laboratorium selama bekerja.




Acuan : SNI – 01 – 2354.10 : 2009












Pengujian Kadar Garam

Pengujian Kadar Garam ini u ntuk mengetahui kandungan kadar garam pada produk perikanan dan hasil olahannya. Adapun Prinsip metode pengu...